Friday, 30 October 2015

Restoran Tiktok terletak di Kukusan, Depok, menyajikan menu olahan daging persilangan antara itik dan entok. Perpaduan gurihnya daging bebek dan tebalnya daging entok namun rendah kolesterol, dinamakan tiktok. Restoran ini berdiri sejak tahun 2006. Buka dari jam 10.00 pagi hingga 22.00.
 
Awal mula restoran ini gara-gara Ir Santoso Djaluwahono, sang pemilik, terkena penyakit jantung. Sebelum punya usaha ini, Santoso kala itu adalah kontraktor, namun karena kerusuhan 1998 proyeknya ludes. Akibatnya penyakit jantung yang dideritanya sejak tahun 1993 kambuh. Setelah dibawa ke rumah sakit ia dianjurkan untuk makan ikan dan unggas air salah satunya bebek.
 
Ia mulai mencoba memelihara bebek hanya untuk konsumsi. Namun karena senang memelihara dan bebek sebanyak itu tidak habis ia konsumsi. “Saya coba-coba jual. Ternyata ada untungnya. Bebek jantan saya kawinkan dengan entok betina. Kalau kebalikannya saya kawinkan dengan inseminasi,” ujar Santoso.
 
Ia mulai budidaya tiktok ini tahun 2001. Sebelum menyilangkan dengan entok, Santoso lebih dulu menyilangkan dua bebek jenis Cherevelly dari Inggris dan bebek Mojosari dari Jawa Timur. Hasil persilangan itu ia namakan bebek santos. Kemudian bebek santos tersebut disilangkan dengan entok untuk menghasilkan varian baru yang diberi nama tiktok.
 
Hasil persilangannya ini sudah diteliti oleh ahli gizi Balai Pendidikan dan Peternakan di Ciawi Bogor. Hasilnya aman untuk dikonsumsi oleh segala usia. Menurutnya kendati berdaging tebal namun sangat rendah kolesterol.
 
Daging Tiktoknya sehat tanpa obat. Dari menetas sampai besar tidak dipelihara menggunakan obat maupun vaksin sama sekali. Untuk makanannya ia mengambil limbah kepala ikan tongkol untuk dijadikan tepung. Hasilnya tiktok cepat besar dan gemuk.
 
Ia lalu membuka sebuah rumah makan dengan ciri khas daging tiktok. Rumah makan Tiktok Van Depok tergolong sederhana. Hanya dipajang satu etalase kecil untuk menghidangkan tiktok goreng dan tiktok panggang. Di situ juga ditawarkan tahu-tempe goreng, lalapan, sambal, dan tutug oncom.
 
Selain dua menu itu, masih ada menu tongseng tiktok, tiktok saus tiram, nasi goreng tiktok, sup saher (sayap leher tiktok), dan tiktok bengis. Tiktok bengis adalah tiktok yang dimasak dengan cabe, kemangi, dan lengkuas (disingkat bengis).
 
Terdapat pula tongseng bebek, Sumiati, istri Santoso, memasak tongseng tiktok ini memakai susu sapi yang didapat segar dari peternakan saudaranya, tidak jauh dari rumah makan itu.

Pengunjung yang memesan tiktok goreng atau panggang, tidak perlu menunggu lama. Pasalnya, Sumiati sudah lebih dulu menggoreng atau memanggang tiktok sebelumnya. Begitu ada pesanan, tinggal memanaskan di microwave. Supaya lebih nikmat, tiktok goreng bisa dimakan dengan abon tiktok .
 
Pembeli mengambil sendiri nasi, lalap, sambal dan tutug oncom. Dalam tutug oncom itu juga ada irisan kecil daging tiktok. sementara itu, untuk menu tiktok yang lain, pengunjung harus menunggu 10-15 menit karena baru dimasak ketika ada pesanan.
 
Pengunjung yang datang kebanyakan artis, pejabat atau pengusaha, mereka datang menggunakan mobil. Maka Santoso sengaja memajang gerobak di depan rumahnya agar pengunjung tahu bahwa makanan yang ia jual tidak mahal.

0 comments:

Post a Comment