Seorang wanita dengan gelar sarjana ekonomi
mampu menembangkan usahanya dalam jangka waktu satu tahun. Ia adalah
Melby Baradja pemilik Aussy Burger.
Ia mulai tahun 2005 saat masih kelas 2 SMA. Awalnya iseng karena
melihat di depan rumah ada ruang kosong yang cukup luas. Ia terpikir
untuk jualan kecil-kecilan. Waktu itu masih bingung mau jualan apa yang
tidak ribet dan modal juga seadanya sesuai kocek anak SMA.
Idenya muncul dari sang kakak. Kakaknya baru pulang dari
Australia, makanan kesukaannya adalah burger Australia. Akhirnya ia
membuat lapak dengan ukuran 2x2 meter.
“Saya juga langsung memberi nama Aussy Burger karena memang saya
sudah memikirkan konsepnya dari awal bahwa ini adalah burger khas
Australia,” katanya.
Tak disangka, usaha Melby meledak sampai kewalahan memenuhi pesanan
Proses memasaknya masih di dalam rumah karena tempatnya juga kecil.
“Tahun 2006 saya bisa menyulap tempat ukuran 2x2 meter menjadi resto
semi outdoor di rumah saya,” katanya.
Di tahun kedua ia membuka cabang baru setelah terbentuknya Aussy
Burger resto yang pertama. Karena omsetnya kelihatan bagus akhirnya ia
buka beberapa cabang dengan jangka waktu 4-6 bulan. Kini ia mengelola
cabang kepemilikan sendiri di Jakarta yaitu daerah Bintaro, Gandaria,
dan Cilandak.
Aussy Burger menghadirkan konsep berbeda untuk bersaing dengan
kompetitor. Target marketnya para remaja. Anak muda senang makanan
seperti ini dan mereka juga senang menjalin sosialisasi di tempat-tempat
makan.
“Saya membidik pasar anak muda. Saya juga menyediakan menu khusus
untuk vegetarian. Segmentasi pasar kita adalah remaja. Maka harga
disesuaikan dengan kantong mereka. Harga dari Rp12 ribu sampai Rp20
ribu,” papar Melby.
Dengan keunggulan dan target market yang jelas, Melby pun berani mengembangkan Aussy Burger dalam bentuk franchise atau waralaba.
0 comments:
Post a Comment